Dalam sejarah abad pertengahan, perang salib menjadi salah satu sejarah besar yang melibatkan banyak penulis sejarah ikut serta didalamnya. Diantaranya Susan Wise Bauer “The History of the Medieval World: From the Conversion of Constantine to the First Crusade“, yang menulis tentang kebangkitan kerajaan berdasarkan kekuatan. Tapi di tahun-tahun antara abad ke-4 dan ke-12 M, para penguasa harus mencari pembenaran baru untuk kekuasaan mereka, berpaling dari kebenaran ilahi untuk membenarkan tindakan politik dan militer.
Sejarah Perang Salib I
Perang salib I menandai titik balik besar dalam sejarah Eropa, menandai perang besar pertama penaklukan Eropa Barat sejak penurunan Kekaisaran Romawi. Periode ini melihat bangkitnya kekaisaran Seljuk tahun 1071 ketika kekalahan Bizantium di Manzikert dan penaklukan atas Yerusalem.
Peziarah yang tersisa di negeri-negeri Kristen hampir mencapai Tanah Suci, tetapi karena jatuhnya Anatoliake Turki menyebabkan perjalanan jauh lebih berbahaya. Sementara cerita tentang serangan terhadap peziarah beredar di seluruh Eropa. Ketika Kaisar Alexius Comnenus mengajukan banding meminta bantuan Eropa Barat, mereka siap untuk menanggapi panggilan Paus Urbanus II melalui Sinode Clermont (1095).
Antusiasme yang dihasilkan memiliki hasil termasuk Perang Salib, dan serangkaian kekejaman anti-Yahudi yang dilakukan Jerman. Tapi perang salib I lebih terorganisir, tidak pernah ada struktur komando yang tepat. Beberapa alasan mereka ikut dalam perang salib karena beberapa pemimpin penting ikut didalamnya tapi tidak ada raja yang dinobatkan. Beberapa pemimpin yang ikut berperan dalam perang salib diantaranya Duke Normandia Bohemund Taranto keponakan Tancred, dan Duke Robert dari Normandia,Count Reymond dari Toulouse, Duke Godfrey de Bouillon dari Lorraine saudara Baldwin, Duke Hugh dari Vermandois saudara raja Prancis , Count Stephan dari Blois, dan Count Robert dari Flanders.
Perang Salib Meredakan Ketegangan Pemimpin Eropa
Sejak awal sudah terjadi ketegangan diantara pemimpin, tapi sampai kematian mereka, utusan Paus (Uskup Adhemar de Puy) mampu menjaga ketegangan yang menyebabkan banyak masalah. Berbagai kelompok sepakat untuk berkumpul di Konstantinopel dan setiap kelompok melakukan perjalanan secara terpisah. Beberapa melakukan perjalanan sepanjang Danube, dan yang lain melakukan perjalanan di pesisir Dalmatia, Italia dan kemudian melewati laut ke Yunani. Pembentukan prajurit di Konstantinopel bermasalah, Alexius tidak menduga banyak yang ingin bergabung menjadi pasukan perang salib, diperkirakan 50.000 tentara.
Berpaling Dari Kebenaran Untuk Membenarkan Tindakan Politik Dan Militer.
Alexius ingin kembali menaklukkan Anatolia yang jatuh setelah 1071, tapi itu hanya sebagian kepentingan kecil bagi tentara salib. Alexius setuju membantu perjalanan mereka ke Tanah Suci, sementara tentara salib sepakat untuk memberikan tanah yang mereka taklukkan kepada Kekaisaran Bizantium.
Pada musim semi tahun 1097, tentara salib akhirnya datang untuk menaklukkan pasukan Islam. Meskipun minat mereka bukan untuk menaklukan Anatolia, tapi tentara salib harus melewatinya dan Turki menguasai sebagian besar daerah tersebut. Target pertama tentara salib adalah Nicea, pengepungan yang berlangsung dari tanggal 14 Mei – 19 Juni 1097. Ketika tentara salib berniat masuk ke kota, Alexius bernegosiasi untuk menyerahkan kota.
Tentara salib akhirnya mencapai Antiokhia, pengepungan Antiioch berlangsung dari 21 Oktober 1097 hingga 3 Juni 1098. Perang salib mendekati bencana kelaparan dan diselamatkan oleh pasukan Inggris dan Pisan. Melalui bantuan pengkhianat Turki, pada tanggal 3 Juni (dua hari sebelum kedatangan 75.000 pasukan Turki) tentara salib memasuki kota. Pengepungan oleh pasukan Turki berakhir pada 28 Juni ketika tentara salib kalah, setidaknya sekitar 15.000 pasukan berada didalam kota. Meskipun kalah jumlah, tentara salib memenangkan pertempuran yang dipimpin Orontes (28 Juni 1098).
Godrey Menduduki Tahta Yerusalem
Tentara salib yang tersisa kini menghadapi musuh baru, Dinasti Fatimiyah yang telah menaklukkan Yerusalem. Sekitar 12.000 pasukan salib yang tersisa, mencapai Yerusalem untuk mempertahankan pengepungan yang sama dengan di Antiokhia. Pengepungan Yerusalem berlangsung dari 9 Juni hingga 18 Juli 1099, didominasi melalui persiapan serangan yang sukses mengalahkan Fatimiyah. Setelah jatuhnya kota Yerusalem, terjadi pembantaian penduduk tidak sebatas Islam.
Perang salib telah sukses luar biasa dan mereka mendirikan empat kerajaan, Yerusalem, Edessa, Tripoli dan Antiokhia. Banyak pasukan salib yang kembali ke rumah setelah kemenangan mereka hingga mengurangi kekuatan tentara salib di timur. Meskipun demikian, kerajaan yang ditaklukkan dari perang salib berhasil bertahan hingga jatuhnya Acre pada tahun 1291.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar